Beranda | Artikel
Hukum Meminta Pertolongan Dengan Para Nabi Dan Wali Ketika Ditimpa Musibah
1 hari lalu

Pertanyaan: Bagaimana menurut agama tentang orang yang meminta pertolongan dengan para rasul, nabi atau para wali, ketika ada bencana menimpa mereka. Misalnya orang yang tertimpa musibah mengatakan: “Ya Rasûlallâh, tolonglah atau meminta tolong dengan al-Mahdi dan semacamnya?”

Syaikh Shalih Fauzan al-Fauzan menjawab:

Orang-orang yang meminta pertolongan dengan orang-orang yang sudah meninggal, baik dari kalangan rasul, wali atau orang shalih; ataupun meminta pertolongan kepada orang-orang yang masih hidup dalam hal yang mereka tidak mampu melakukannya; di mana mereka meminta untuk menunaikan hajat mereka, atau agar dilapangkan dari kesulitan yang menerpa; mereka adalah orang-orang musyrik dengan kategori syirik besar.

Karena hal-hal seperti ini tidaklah diminta kecuali kepada Allâh سبحانه وتعالى . Karena istighatsah (memohon pertolongan) dan doa merupakan di antara bentuk-bentuk ibadah. Sedangkan ibadah semuanya adalah hanya hak Allâh. Memberikan ibadah untuk selain Allâh adalah syirik.

Mereka yang sudah mati tersebut, tidaklah mampu menolong yang menyeru dan memanggil mereka; tidak mampu menolong yang berdoa kepada mereka. karena mereka adalah orang-orang yang sudah meninggal; telah berpindah ke alam lain. Maka meminta tolong dan istighatsah kepada orang-orang yang sudah mati dan juga kepada yang tidak ada di tempat, agar dilapangkan dari kesempitan, agar dihilangkan keresahannya dan semacamnya; semua ini termasuk ajaran berhalaisme; termasuk variasi kesyirikan orang-orang jahiliyah; di mana Islam datang untuk menghilangkannya. Allâh سبحانه وتعالى berfi rman:

﴿وَيَعْبُدُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ مَا لَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ وَيَقُوْلُوْنَ هٰٓؤُلَاۤءِ شُفَعَاۤؤُنَا عِنْدَ اللّٰهِ ۗقُلْ اَتُنَبِّـُٔوْنَ اللّٰهَ بِمَا لَا يَعْلَمُ فِى السَّمٰوٰتِ وَلَا فِى الْاَرْضِۗ سُبْحٰنَهٗ وَتَعٰلٰى عَمَّا يُشْرِكُوْنَ ١٨ ﴾

Dan mereka menyembah selain daripada Allâh apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata: “Mereka itu adalah pemberi syafa’at kepada kami di sisi Allâh”. Katakanlah: “Apakah kamu mengabarkan kepada Allâh apa yang tidak diketahui[1]Nya baik di langit dan tidak (pula) di bumi?” Maha suci Allâh dan Maha Tinggi dan apa yang mereka mempersekutukan (itu). (QS. Yunus/ 10: 18)

Dan Allâh سبحانه وتعالى berfirman:

﴿اِنَّآ اَنْزَلْنَآ اِلَيْكَ الْكِتٰبَ بِالْحَقِّ فَاعْبُدِ اللّٰهَ مُخْلِصًا لَّهُ الدِّيْنَۗ ٢ اَلَا لِلّٰهِ الدِّيْنُ الْخَالِصُ ۗوَالَّذِيْنَ اتَّخَذُوْا مِنْ دُوْنِهٖٓ اَوْلِيَاۤءَۘ مَا نَعْبُدُهُمْ اِلَّا لِيُقَرِّبُوْنَآ اِلَى اللّٰهِ زُلْفٰىۗ اِنَّ اللّٰهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِيْ مَا هُمْ فِيْهِ يَخْتَلِفُوْنَ ەۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يَهْدِيْ مَنْ هُوَ كٰذِبٌ كَفَّارٌ ٣ ﴾

Maka sembahlah Allâh dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Ingatlah, hanya kepunyaan Allâh-lah agama yang bersih (dari syirik). dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allâh (berkata): “Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan Kami kepada Allâh dengan sedekat[1]dekatnya”. Sesungguhnya Allâh akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allâh tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar. (QS. Az-Zumar/ 39: 2- 3)

Yang disebutkan penanya di atas termasuk bentuk syirik besar. Orang yang melakukannyaharus bertaubat kepada Allâh سبحانه وتعالى dengan taubat yang sebenarnya. Agar ia kembali kepada jalannya yang lurus, dengan meninggalkan perbuatan syirik ini; di mana bila seseorang meninggal dalam keadaan tersebut, maka iapun kekal di neraka. Kita memohon kepada Allâh afi yah dan keselamatan. Allâh سبحانه وتعالى berfirman:

﴿لَقَدْ كَفَرَ الَّذِيْنَ قَالُوْٓا اِنَّ اللّٰهَ هُوَ الْمَسِيْحُ ابْنُ مَرْيَمَ ۗوَقَالَ الْمَسِيْحُ يٰبَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ اعْبُدُوا اللّٰهَ رَبِّيْ وَرَبَّكُمْ ۗاِنَّهٗ مَنْ يُّشْرِكْ بِاللّٰهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللّٰهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوٰىهُ النَّارُ ۗوَمَا لِلظّٰلِمِيْنَ مِنْ اَنْصَارٍ ٧٢ ﴾

Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allâh ialah Al masih putera Maryam”, Padahal Al masih (sendiri) berkata: “Hai Bani Israil, sembahlah Allâh Tuhanku dan Tuhanmu”. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allâh, Maka pasti Allâh mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun. (QS. Al-Maidah/ 5: 72)

Amalnya yang pernah dilakukan di dunia menjadi gugur. Allâh سبحانه وتعالى berfirman:

﴿وَلَقَدْ اُوْحِيَ اِلَيْكَ وَاِلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكَۚ لَىِٕنْ اَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُوْنَنَّ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ ٦٥ بَلِ اللّٰهَ فَاعْبُدْ وَكُنْ مِّنَ الشّٰكِرِيْنَ ٦٦ ﴾

Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. “Jika kamu mempersekutukan (Allâh), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi. Karena itu, maka hendaklah Allâh saja yang kamu sembah dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur.” (QS. Az-Zumar/ 39: 65- 66)

Maka syirik itu menggugurkan pahala amalan, dan membuat kekal di neraka; kecuali bagi orang yang bertaubat, beriman dan beramal shalih; maka Allâh pun memberinya taubat-Nya. Barangsiapa yang bertaubat, maka Allâh pun akan menerima taubatnya. Dan taubat itu menghapus kesalahan yang sebelumnya.

Orang yang terjatuh dalam amalan-amalan seperti ini, maka ia harus bertaubat kepada Allâh سبحانه وتعالى dengan taubat yang benar; dan agar ia mengikhlaskan ibadah dalam semua bentuknya kepada Allâh. Ia harus menyelamatkan dirinya dari api neraka sebelum ajal mendatanginya; sedangkan ia berada di atas aqidah syirik. Kita memohon kepada Allâh keselamatan. (Al-Muntaqa Min Fatawa Syaikh Shalih Fauzan al-Fauzan: 350)

Majalah As-Sunnah

EDISI 05/TAHUN. XXIII/MUHARRAM 1441H/SEPTEMBER 2019M


Artikel asli: https://majalahassunnah.net/fatawa/hukum-meminta-pertolongan-dengan-para-nabi-dan-wali-ketika-ditimpa-musibah/